Melepaskan diri di rimba Kareumbi (2)
Kami lalui perjalanan biotrek sekitar 2 jam
(mungkin. Saya lupa). Selepas itu, tibalah saat makan malam yang dinanti.
Rencana awalnya, akan diadakan api unggun dan malam keakraban, namun apa daya,
hujan mengguyur hampir sepanjang malam disana. Alhasil kami masak-masak
sendiri, untungnya peralatan sudah disediakan oleh panitia, jadilah masak lebih
cepat dan menyenagkan. Saya dan teman sekelompok ditemani oleh 2 kelompok lain.
Kebetulan kami masak tepat di bawah rumah pohon. Nona Mirthe menemani kami dan
ikut belajar menumis masakan juga. Kami berbincang sembari masak. Ia
menyampaikan kesenangannya ketika disini karena banyak orang yang sudah bisa
berbahasa Inggris. Sedangkan malangnya ia tak paham Bahasa Indonesia.
Singkatnya, kami kemudian makan besar disana. Nasi yang tersedia malah terbuang
karena kelompok lain pun memasak nasi berlebih. Makan malam ditemani hujan
ternyata memang seru. Apalagi ada nona bule itu.
Malam hari tak menyurutkan sebagian orang
untuk datang ke gazeboo disana demi
mendengarkan materi outdoor gears
dari sdr Reza Steflyando. Materi yang banyak diisi pengetahuan seputar
perlengkapan yang menempel di tubuh demi menghadapi alam bebas. Dalam materi
itu juga dibahas bahan-bahan jaket, celana, sepatu, toko yang menjual serta
beberapa tips perawatannya. Ternyata pengetahuan saya belum menyentuh bagian
ini. Cukup berbahagia saya mendengarkan materi ini. Meskipun mata sudah lelah. Akhirnya
selepas materi selesai kami tidur di rumah pohon.
Pagi harinya, udara sejuk mendera, beberapa
menit setelah bangun, badan masih agak menggigil. Namun udara seperti itu sebenarnya
tak terlalu dingin dibandingkan beberapa lokasi serupa di Bandung. Saya
menyeduh kopi dan kembali bercengkrama dengan peserta lain. Setelah
memungkinkan, kami kemudian masak kembali dan menghabiskan persediaan makanan
yang ada. Kami bersama kelompok lain kemudian sharing makanan dan dimulailah makan besar. Setelah perut kami
kenyang. Barulah kami jalani kembali materi. Materi tentang menulis perjalanan
oleh sdri Agita Violy. Cukup membantu dan membuat saya kembali berhasrat
menulis. Dan kerennya lagi, kami diminta untuk secara langsung menulis disana
dengan plot cerita Kareumbi dirangkai dengan sebuah foto yang memperlihatkan
kakek yang duduk termenung di sebuah hutan. Hmmm…
Menulis kami habiskan selama 15 menit.
Cukup membuat otak berpikir keras. Akhirnya tulisan-tulisan singkat itu
dikumpulkan dan dibaca untuk kemudian dinilai. Sementara itu kami bersiap
kembali menelusuri hutan untuk mengambil sampel basah dan kering beberapa
tumbuhan disana. Mendung yang mendera kemudian memuntahkan air hujan ke hutan
itu dan membuat perjalanan kami semakin seru. Ya walaupun akhirnya membuat
kepala pening, tapi kesenangan tak dapat tertolak ketika hasrat liar (maksudnya
tuh ingin berkegiatan di alam terbuka) terpuaskan selama disana.
Kami beristirahat setelahnya dan
mendengarkan beberapa materi tentang cara pengambilan dan pengawetan tanaman
dalam sebuah toples. Sementara hujan masih mengguyur. Lalu badan saya mulai
lelah yang memaksa untuk kembali mencuri waktu untuk tidur di rumah pohon.
Hingga akhirnya seseorang membangunkan dan menyuruh untuk segera packing.
Acara terakhir diisi dengan kesan pesan dan
pembacaan tiga kisah terbaik hasil menulis tadi. Ajaibnya, kisah saya yang
dibalut dengan nuansa thriller
mendapat penghargaan menjadi tiga terbaik. Alhasil saya dapat sedikit merchandise dari Torean.co. sponsorship yang
adalah brand apparel di Bandung. Waah
ini iseng-iseng berhadiah ternyata. Tak terlalu berharap namun ternyata dapat
juga. Setelah itu, kami kemudian kembali ke Kota Bandung dengan transport yang
sama diiringi oleh hujan yang seakan tak mau melepas kami dari Kareumbi.
hihihihi baru nemu tulisan ini. selamat yaaaa :)
ReplyDeletebaru berkunjung nih agit. makasih.. selamat membaca. :)
Delete