Geography Literacy dalam membangun Nasionalisme
Berkenaan dengan tema “Negeri Cincin Api: Berkah atau Bencana?” yang terkandung
dalam artikel berjudul Yang Masih Misteri di Nusantara di
www.darwinsaleh.com,
saya berpandangan bahwa saya setuju (dengan artikel beliau) karena mengemukakan kekayaan Indonesia dan fakta mengenai "Surga yang hilang" yaitu Nusantara. oleh karena itu, bangsa ini perlu dibangkitkan rasa nasionalismenya
melalui pemahaman dan kemelekan geografinya (geography literacy). Seperti
dikatakan pada artikel Darwin Saleh tersebut, Prof. Santos (1997), seorang geolog
dari Brazil menjuluki Indonesia sebagai “The Lost Continent Found”. Fakta dan temuan yang perlu disadari bersama untuk
kita jaga. Namun pemaparan saya tidak akan membahas benar atau tidaknya
pernyataan Prof. Santos tersebut. Tapi saya akan lebih membahas hal mendasar
yang penting untuk dimiliki bangsa Indonesia ini, yaitu geography literacy atau kemelekan geografi. Istilah tersebut
mungkin dikenal dalam keilmuan lain namun dengan terminologi yang berbeda. Saya
hanya membahas dalam sudut pandang geografi.
video dari National Geographic Education tentang Geography Literacy
Geography literacy
adalah kesadaran dan pemahaman terhadap kondisi ruang sekitar yang dibutuhkan
untuk mengambil keputusan, menentukan peran dan bagaimana kita memperlakukan
alam. Pengertian tersebut sejalan dengan apa yang ditulis dalam National Geographic yang menyatakan bahwa geography literacy adalah pemahaman tentang manusia dan sistem alam, penalaran
geografis dan pengambilan keputusan yang sistematis. geography literacy terdiri dari tiga komponen yaitu interaksi,
interkoneksi dan implikasi. Ini adalah kemampuan untuk menggunakan pemahaman
geografis dan penalaran untuk membuat keputusan yang luas.
Hal inilah yang tidak
disadari banyak orang untuk menjadi perhatian. Menurut Paul McDaniel (2005) dalam Enok Maryani (2010),
ketiadaan ilmu geografi akan berpengaruh terhadap kehidupan bisnis, masyarakat
dan negara. Artinya suatu negara tidak akan memiliki jati diri maupun arah jika
tidak mengetahui kondisi geografis negaranya. Lebih khusus lagi, geography literacy harus ditanamkan pada warga negara agar timbul rasa memiliki terhadap
tanah airnya. Melek geografi bukan hanya tentang mengenal peta Indonesia, tapi geografi
merupakan ilmu yang multidisipliner yang menggabungkan ilmu dari bidang ilmu
pengetahuan, seni, Kesehatan, humaniora, hukum, Bisnis, teknik, dan teknologi. Semuanya
dapat dikaji dengan geografi menggunakan hubungan spasial berfokus pada pola
dan sistem yang dinamis dalam keruangan. Geografi adalah sesuatu yang Anda
lakukan, bukan hanya sesuatu Anda tahu.
Saat ini, banyak orang yang tidak peka
dengan kondisi wilayahnya atau salah dalam mengelola lingkungan sekitar.
Hasilnya telah nyata, lingkungan kita makin tidak lestari seiring maraknya
pembabatan hutan, perubahan fungsi lahan, tata kota yang buruk dan pembangunan
yang tidak berwawasan lingkungan.
Indonesia dan posisinya di Benua Asia
Kesalahan-kesalahan
dalam mengelola alam ini tentu dikarenakan kita tidak mengenal alam kita. Tahukah
kita letak georafis Indonesia..? mengapa itu perlu diketahui..? pertanyaan
sederhana seperti itu seringkali disepelekan. Padahal dari pengetahuan dasar
mengenai letak geografis, akan berkembang menjadi kesadaran akan posisi
Indonesia terhadap aktifitas dunia. Kita menikmati matahari sepanjang tahun
dengan cuaca yang hangat hasil dari letak geografis yang berada di
khatulistiwa. Dari letaknya yang diapit dua benua, Indonesia dapat menjadi
penghubung dan pemegang kendali Asia Tenggara dan Pasifik. Negara sebesar
Indonesia harusnya dapat berbuat lebih banyak di percaturan dunia. Kondisi
perbatasan kita yang terbuka dengan negara lainnya dapat dimanfaatkan untuk mengatur
alur distribusi perdagangan antar negara melalui jalur laut. Indonesia adalah
negara maritim, lalu untuk apa laut yang besar ini jika kita tidak membangunnya
dengan armada laut yang kuat..? tak berbeda jauh dengan perbatasan di darat,
pintu gerbang Indonesia terlalu jelek untuk bisa disebut “Gerbang Negara”.
Keadaan warga negara di perbatasan pun sangat terpencil dan terbelakang.
Ada yang tahu jumlah
pulau di Indonesia..? dilansir situs berita metrotvnews.com, Badan Informasi Geospasial (BIG) telah merilis jumlah pulau di Indonesia secara pasti yaitu
sebanyak 13.446 pulau. Padahal yang kita tahu pulau di Indonesia berjumlah
17.508. terdapat selisih 4.042 pulau yang dinyatakan telah hilang dan tidak
menjadi bagian Nusantara. Hilangnya pulau tersebut karena proses alamiah
kenaikan muka air laut dan pulau yang tenggelam. Tidak banyak yang tahu fakta
ini, karena manusia Indonesia hanya tahu Jawa. semua orang hanya melihat Jawa,
padahal Tuhan telah menganugerahkan ribuan pulau untuk ditinggali dan dikelola.
salahsatu contoh deforestasi di Pulau Kalimantan
Menurut Kementerian Kehutanan, luas Indonesia sekitar 187.670.600 Ha, 98,56 juta Ha atau 52,4%
diantaranya adalah hutan. 14 spesies fauna dalam prioritas dan terancam punah,
terdapat 162 kasus tindak pidana yang menyangkut keamanan utan seperti illegal
logging, perambahan, dan kebakaran. Namun hanya 25 kasus yang berhasil
diselesaikan. Selama 2011, hutan seluas 2.612 Ha terbakar di nusantara. Tidak
kurang dari 2.000 Ha hutan terbakar setiap tahun. Data dan fakta ini
menggambarkan bahwa manusia Indonesia memang tidak tahu wilayahnya yang begitu
besar ini. Sekaligus tidak dapat memanfaatkannya dengan baik.
Indonesia merupakan negara
moderat yang secara terbuka menerima banyak perubahan. Padahal masyarakatnya
belum dibekali dengan rasa nasionalisme yang kuat. Akibatnya banyak fenomena
berubahan sosial yang secara jelas terjadi di masyarakat. Banyak orang yang
lebih bangga memakai produk luar negeri, berlibur ke luar negeri, dan mencontoh
gaya hidup barat. Mau tidak mau, kita harus mengatakan bahwa gaya hidup modern
memang dicondongkan terhadap gaya hidup orang barat (Eropa dan Amerika).
Padahal kita tahu sendiri bahwa budaya bangsa Indonesia sangat luhur dan perlu
dijaga. Disaat kaum budayawan berjuang mati-matian mempertahankan budaya
bangsa, budaya asing masuk lebih deras ditengah-tengah para pemuda. Disaat yang
sama, pemuda Indonesia lebih senang berlibur ke luar negeri dibanding
menjelajahi ribuan pulau yang telah dikaruniai Tuhan ini. Ironis.
Ungkapan negeri cincin
api begitu melekat dengan Indonesia. Negeri dengan gugusan pulau berderet
ditopang 3 lempeng besar dunia. Negeri dengan pasak bumi berupa gunung-gunung
berapi nan elok dan menjanjikan kesuburan. Setiap orang perlu memahami ungkapan
‘Negeri Cincin Api’ tersebut secara utuh dan positif. Tuhan tentunya
menginginkan kebaikan pada setiap mahkluknya, termasuk pada ruang, wilayah dan
negara tempat ia tinggal. Itu berarti banyak kebaikan yang perlu kita cari di
Negara ini.
Ada 2 sirkum lempeng dunia, dan Indonesia berada pada posisi yang sentral dari kedua sirkum
tersebut. Akibatnya terdapat pasak bumi berupa gunung yang menjulang tinggi
untuk menjamin kehidupan kita. Terdapat tanah yang subur untuk bercocok tanam,
binatang yang dapat kita ternak, terdapat mata air yang mengalir menghidupi
kita dan energi panas bumi yang menunggu untuk diolah bagi kelangsungan hidup
kita. Lalu masihkah kita menganggap negeri ini sebagai negeri bencana..? tidak
adil mengatakan itu setelah kita tahu lebih banyak kebaikan yang diberikan alam
ini kepada kita. Mengapa mengeluh jika kita tahu bahwa ini berkah..?
Dalam ilmu Geografi
(dimuat pula dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana), dikenal 3 macam bencana. Ada (1) bencana alam, (2) bencana non alam
dan (3) bencana sosial. Dijelaskan bahwa Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Sedangkan bencana
sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat, dan teror.
jumlah kejadian bencana selama semester 1 di tahun 2013
Mari menyimak berita di media, berapa
sering terjadi gunung meletus..? bandingkan dengan peristiwa banjir dan
kekeringan. Sebelum saya teruskan, harus diluruskan dulu bahwa akademisi
geografi memandang banjir dan kekeringan adalah bencana non alam. Meskipun
dalam Undang-Undang tersebut masuk dalam bencana alam. Mengapa demikian..?
karena rangkaian peristiwa yang menyebabkan terjadi banjir lebih banyak dipicu
oleh manusia. Banjir banyak disebabkan oleh alih fungsi lahan, tata kota yang
buruk, kebiasaan buang sampah sembarangan dan pendangkalan sungai yang
disebabkan aktifitas manusia. Kembali pada masalah kejadian bencana di
Indonesia. Menurut data BNPB, selama semester pertama 2013 telah terjadi 248 kejadian banjir dan 152 kejadian
longsor. Bandingkan dengan kejadian gempabumi dan letusan gunungapi yang
hanya tercatat masing-masing 3 kali. Data tersebut membuktikan bahwa alam Indonesia
bukanlah sumber bencana, namun manusianya-lah yang memicu bencana terjadi. Mau
tahu bencana yang sebenarnya..? bencana yang sebenarnya adalah ketika kita harus
mengimpor beras, gula, kedelai dan barang kebutuhan lain yang sebenarnya kita
punya di tanah ini. Ironis.
Maka dari itu, sebagai warga negara yang
baik diperlukan geography literacy
yang baik sehingga kita dapat mengelola alam ini. Geography literacy juga dapat membantu kita dalam menentukan
pilihan sederhana seperti, kita akan tinggal dimana..? potensi apa saja yang
ada di tempat kita..? bagaimana cara mencapai tempat lain dengan efisien dan
lainnya. Pada konstelasi lebih luas, kita dapat memahami diri sebagai warga
negara yang hidup berdampingan, dapat memposisikan diri sebagai masyarakat
dunia dan memahami keunggulan maupun kelemahan negara kita.
Dalam artikel berjudul
“Saat Bencana: Ibu Pertiwi Menangis?”, Darwin Saleh menutup dengan harapan “Mari
kita mengenal sifat alam Nusantara kita, mensyukurinya dengan jalan agama
maupun ilmu pengetahuan. sahabat, Ibu pertiwi tidak senang menangis, ia mengajak
kita untuk mengenal sifat dan kodrat yang diberikan Tuhannya”. Sejalan dengan
harapan saya, mari menyadari bahwa kita hidup dalam ruang Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang memiliki deretan pulau dengan lautan luas yang
menyatukan kita semua. Mari menjadi warga negara yang memiliki rasa
nasionalisme dan bela negara. Mari ikut dalam upaya pembangunan dan bergerak
menjadikan negeri ini lebih baik.
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari www.darwinsaleh.com. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan”.
Sumber
:
http://darwinsaleh.com/
http://metrotvnews.com/
http://education.nationalgeographic.com/
www.bnpb.go.id/
Enok Maryani, Pidato Pengukuhan Guru Besar UPI. 2010
Nuffic Neso, Country Module Indonesia. 2013
Statistik Kehutanan Indonesia 2011
Undang-Undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
Irwan Meilano, Diktat Pelatihan Mitigasi Bencana, Pusat Penelitian Mitigasi Bencana ITB. 2013
http://darwinsaleh.com/
http://metrotvnews.com/
http://education.nationalgeographic.com/
www.bnpb.go.id/
Enok Maryani, Pidato Pengukuhan Guru Besar UPI. 2010
Nuffic Neso, Country Module Indonesia. 2013
Statistik Kehutanan Indonesia 2011
Undang-Undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
Irwan Meilano, Diktat Pelatihan Mitigasi Bencana, Pusat Penelitian Mitigasi Bencana ITB. 2013
Tulisannya cukup menggugah, intinya mari Cintai Indonesia, Kenali Indonesia dan Berdamai dengan Indonesia..
ReplyDeleteDitunggu juga kunjungan dan jejaknya
http://rakaraki.blogspot.com/2014/01/kompetisi-blog-kaum-muda-bicara.html
terima kasih sudah berkunjung..
ReplyDeleteayo optimis untuk indonesia
Tulisan yang bagus. izin Repost yahh. . . tetap mencantumkan nama kakak sebagai penulis.
ReplyDeleteboleh2.. silahkan. terima kasih sudah mengapresiasi.. :)
ReplyDeletenambah ilmu.. nuhun kang :D
ReplyDeleteini terinspirasi dari kata-kata bu Enok. bu enok mengenalkan istilah geography literacy pas ngajar.. :)
Deletesetuju, solusi yang bagus semoga kita bisa segera mewujudkannya untuk mempersipkan negeri jika terjadi bencana.
ReplyDeletebenar bung. kita harus berpikiran positif untuk Indonesia
Delete