Jurnalistik, Cerminan Masyarakat
Setiap hari kita mendengarkan dan membaca berita. Perputaran
berita begitu cepat terjadi dan berganti. Bahkan breaking news di TV tayang
setiap 1 jam sekali untuk memberitakan straight news yang baru, di dunia media
online kita tentu tahu situs detik.com yang begitu cepat mengupdate berita.
Berita penting untuk kita. Berita atau informasi berfungsi
sebagai penyuara aspirasi bagi masyarakat, melayani publik dan mengedukasi
masyarakat. Dengan dihadirkan berita yang tajam juga komprehensif, masyarakat
akan terbangun intelektualitasnya untuk dapat semakin tahu dan mandiri.
Seringkali saya gusar dengan media informasi di Indonesia.
Pemberitaan tentang suatu hal begitu besar disajikan. Begitu hiperbola dan
provokatif. Kalau kita sebut dalam bahasa gaul, media kita itu lebay. Fakta
yang ada, akan dua kali lipat jadinya saat disajikan ke hadapan kita.
Sayangnya, masyarakat kita pun menelan informasi itu bulat-bulat. Sehingga
ekskalasi pemberitaan itu menjadi bola salju yang makin besar namun jauh dari
fakta. Inilah media kita.
Hal lain yang membuat kesal adalah media yang menjadi negatif
dan oposisi terhadap pemerintah. Pemerintah sebagai penguasa memang perlu kontrol
publik terhadap apa yang sudah dilakukannya dan dampaknya bagi masyarakat. Tapi
apakah semua yang berbau pemerintah akan selalu dikritisi secara negatif..? sedikit-sedikit
demo, sedikit-sedikit menolak. Tentu itu tidak adil.
Selanjutnya, media kita tidak berpihak pada masyarakat.
Media telah digunakan sebagai alat menjatuhkan orang lain dan
membangga-banggakan diri sendiri. Media telah menjadi tunggangan nyaman bagi
para ellit politik agar memiliki kekuatan dan media publikasi dirinya. Semua
orang tahu, bahwa etika berpolitik kita masih rendah. Untuk dapat mendapatkan
pengakuan, politisi menjatuhkan lawan-lawannya dahulu agar persaingan lebih
mudah.
Inilah dia wajah media. Kenapa seperti itu..? siapa
penyebabnya..? secara mengejutkan saya harus bilang, bahwa masyarakatlah yang
mendorong media secara tidak langsung untuk dapat terus menyajikan berita
negatif sebagai headline. Logikanya sederhana. Media bekerja di tengah
masyarakat. Media adalah pemegang mandat dari masyarakat untuk melayani
kebutuhan informasi bagi masyarakat. Orang yang bekerja di media pun adalah
bagian dari masyarakat. Maka apa yang ia lihat di masyarakat dari mulai sikap,
sifat, pikiran, emosi dan minat masyarakat telah dapat diserap untuk kemudian
dipenuhi oleh para jurnalis.
Maka ketika saya sekarang harus kesal melihat pemberitaan
negatif, maka saya melihat pada diri sendiri. Apakah saya senang dengan berita
negatif itu..? apakah cara pandang saya terhadap sebuah masalah sama negatifnya
dengan berita itu..? mudah-mudahan masyarakat dapat lebih bijak dalam
mengedukasi dirinya sendiri. Semoga kebiasaan masyarakat akan kebutuhan berita
negatif itu dapat berkurang dan hilang. Sehingga kita dapat melihat wajah media
yang lain di masa yang akan datang.
hebat
ReplyDelete