Seksologi, perlu atau tidak?
Pernah dengar seksologi? Itu tuh, ilmu yang membahas tentang seks! (kalimatnya gak pas ya?) tapi bukan ngurusin tentang bagaimana hubungan seks yang aneh-aneh. Seksologi dihadirkan sebagai bahan ajar bagi remaja untuk mengenal seks lebih dekat dan dari segi keilmuan. Saya sendiri telah mengetahui ilmu ini sejak saya ikut seminar waktu di SMP dulu.
Lalu seperti apa seksologi memandang seks? Seksologi sebagai sebuah ilmu tentu aja memandang seks sebagai sebuah ritual untuk menghasilkan keturunan. Hanya dengan 1 aksi dan proses bagaimana bisa hadir si bayi, udah itu aja. Nah, kalo adegan-adegan syur yang sering kamu liat di warnet itu bukan bagian dari pembelajaran seksologi. Itulah yang menyebabkan remaja sekarang banyak yang terjerumus dan masa depannya udah gak cerah lagi.
Kehidupan remaja yang bablas dan gak mandang batas adalah hal yang perlu dibenahi. Efek negatifnya dalam hal ini adalah hubungan seks pra nikah. Hubungan yang sakral ini tentunya gak bisa dilakukan sembarang orang. butuh persiapan dan tanggungjawab. Remaja kan belum bisa berpikir jauh, jadi apa yang belum mereka ketahui tentang seks, mereka cari tau sendiri. Mending kalo cari taunya ke guru atau ahli, gimana kalo cari taunya dengan cara praktek langsung?
Untuk itu semua, dihadirkan seksologi sebagai penengah antara nafsu dan keingintahuan. Dengan pengetahuan dan pemahaman yang jelas, diharapkan remaja tau akan apa itu seks, bagaimana seks itu, apa akibatnya bisa ngelakuin seks dan efek-efek lainnya. Semuanya dibuat jelas. Tapi masih dalam batas!
Kalo di lihat, Ilmu ini sebenarnya sedikit nyeleneh kalo diterapkan di lingkungan kita. Dalam konteks kita sebagai orang yang menganut budaya timur. Kita telah mengetahui bahwa seks adalah hal yang tabu dalam masyarakat kita. Jadi gak pernah digembor-gemborkan bagaimana seks itu. Untungnya remaja jaman dulu masih penurut, beda dengan remaja jaman sekarang yang udah kebius dengan globalisasi. Kalo dulu, meskipun gak ada pelajaran seksologi, mereka masih bisa hidup nyaman, karena mereka tau batasannya. Nah sekarang, dikasih pelajaran kalo masih penasaran malah cari-cari ke sumber yang gak jelas. Ya ancur masa depan!
Oh.. ya, harap dibedakan ilmu seksologi dengan pornoaksi. Seksologi itu kalo gak ngajarin adegan pertama ngajak seks, tapi bagaimana benih itu masuk ke sel telur dan dibuahi, hal-hal yang jorok diminimalisir. Sedangkan adegan porno yang merebak hampir di setiap kalangan remaja menyajikan hal yang seronok dan membuat pandangan remaja terhadap seks itu rendah dan jijik. Itulah yang harus kita ubah dari remaja. Kerena kebanyakan nonton adegan seks, jadi pengen praktek langsung!
Tapi apa perlu pendidikan tentang seks? Tentunya perlu. Tapi kita juga harus hati-hati memandang apa yang disajikan oleh ilmu itu. Salah-salah malah kita yang jadi lebih pengen ngelakuin seks. Kalo keseringan liat, meskipun pendidikan tentunya akan membekas dalam otak kita. Jadi bawaannya ngeres melulu! Gak bisa liat baju cewek terbuka, langsung kepikiran.
Sebenarnya apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah meluasnya pikiran-pikiran kotor tentang seks gak jauh-jauh. Semua ada dalam diri kita. Kemauan untuk berubah dan hidup sehat harus kita tanamkan sejak dini. Perbanyaklah ibadah untuk mencegah hawa nafsu dan berdo’a supaya kita dijauhkan dari pikiran-pikiran kotor. Ada yang bilang bahwa belajar di kala kecil bagaikan mengukir di atas batu. Nah, kita ambil hikmahnya dan belajarlah untuk hidup sehat dan berpikiran jernih deri sekarang!
Lalu seperti apa seksologi memandang seks? Seksologi sebagai sebuah ilmu tentu aja memandang seks sebagai sebuah ritual untuk menghasilkan keturunan. Hanya dengan 1 aksi dan proses bagaimana bisa hadir si bayi, udah itu aja. Nah, kalo adegan-adegan syur yang sering kamu liat di warnet itu bukan bagian dari pembelajaran seksologi. Itulah yang menyebabkan remaja sekarang banyak yang terjerumus dan masa depannya udah gak cerah lagi.
Kehidupan remaja yang bablas dan gak mandang batas adalah hal yang perlu dibenahi. Efek negatifnya dalam hal ini adalah hubungan seks pra nikah. Hubungan yang sakral ini tentunya gak bisa dilakukan sembarang orang. butuh persiapan dan tanggungjawab. Remaja kan belum bisa berpikir jauh, jadi apa yang belum mereka ketahui tentang seks, mereka cari tau sendiri. Mending kalo cari taunya ke guru atau ahli, gimana kalo cari taunya dengan cara praktek langsung?
Untuk itu semua, dihadirkan seksologi sebagai penengah antara nafsu dan keingintahuan. Dengan pengetahuan dan pemahaman yang jelas, diharapkan remaja tau akan apa itu seks, bagaimana seks itu, apa akibatnya bisa ngelakuin seks dan efek-efek lainnya. Semuanya dibuat jelas. Tapi masih dalam batas!
Kalo di lihat, Ilmu ini sebenarnya sedikit nyeleneh kalo diterapkan di lingkungan kita. Dalam konteks kita sebagai orang yang menganut budaya timur. Kita telah mengetahui bahwa seks adalah hal yang tabu dalam masyarakat kita. Jadi gak pernah digembor-gemborkan bagaimana seks itu. Untungnya remaja jaman dulu masih penurut, beda dengan remaja jaman sekarang yang udah kebius dengan globalisasi. Kalo dulu, meskipun gak ada pelajaran seksologi, mereka masih bisa hidup nyaman, karena mereka tau batasannya. Nah sekarang, dikasih pelajaran kalo masih penasaran malah cari-cari ke sumber yang gak jelas. Ya ancur masa depan!
Oh.. ya, harap dibedakan ilmu seksologi dengan pornoaksi. Seksologi itu kalo gak ngajarin adegan pertama ngajak seks, tapi bagaimana benih itu masuk ke sel telur dan dibuahi, hal-hal yang jorok diminimalisir. Sedangkan adegan porno yang merebak hampir di setiap kalangan remaja menyajikan hal yang seronok dan membuat pandangan remaja terhadap seks itu rendah dan jijik. Itulah yang harus kita ubah dari remaja. Kerena kebanyakan nonton adegan seks, jadi pengen praktek langsung!
Tapi apa perlu pendidikan tentang seks? Tentunya perlu. Tapi kita juga harus hati-hati memandang apa yang disajikan oleh ilmu itu. Salah-salah malah kita yang jadi lebih pengen ngelakuin seks. Kalo keseringan liat, meskipun pendidikan tentunya akan membekas dalam otak kita. Jadi bawaannya ngeres melulu! Gak bisa liat baju cewek terbuka, langsung kepikiran.
Sebenarnya apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah meluasnya pikiran-pikiran kotor tentang seks gak jauh-jauh. Semua ada dalam diri kita. Kemauan untuk berubah dan hidup sehat harus kita tanamkan sejak dini. Perbanyaklah ibadah untuk mencegah hawa nafsu dan berdo’a supaya kita dijauhkan dari pikiran-pikiran kotor. Ada yang bilang bahwa belajar di kala kecil bagaikan mengukir di atas batu. Nah, kita ambil hikmahnya dan belajarlah untuk hidup sehat dan berpikiran jernih deri sekarang!
Artikel anda di
ReplyDeletehttp://seksologi.infogue.com/seksologi_perlu_atau_tidak_
promosikan artikel anda di infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema, game online & kamus untuk para netter Indonesia. Salam!