Jangan diam, Mahasiswa..!
Hari ini,
kita teringat lagi akan jiwa membara kita. Hari ini kita mengenang lagi moment
kebangkitan dan reformasi bangsa ini. Hari dimana keruntuhan tangan-tangan besi
dan tirani atas bangsa kita. Hari saat persatuan pemuda Indonesia mencapai
puncaknya dan mengeluarkan energi besar ke seluruh pelosok negeri.
Hari
Kebangkitan Nasional, telah membara sebelum kemerdekaan kita raih. Hari itu,
menjadi pengingat bagi kita, bahwa jiwa kebebasan dan kesadaran atas
kemerdekaan harus dimiliki segenap warga negara Indonesia. Bangsa ini tidak
boleh diam saat penjajah masih terus duduk nyaman dalam tanah sewaan. Maka
pemuda dan kaum terpelajar mendirikan perkumpulan dan perhimpunan.
Saluran-saluran aspirasi pun mengalir deras dan pemikiran-pemikiran baru muncul
menghangatkan suhu politik. Jalur baru perjuangan bangsa mulai ditempuh dengan
cara Diplomasi. Tanpa tumpah darah dan tanpa senjata. Bertahun-tahun kemudian,
tercapailah apa yang kita cita-citakan. Kemerdekaan menjadi milik kita.
Sudah
cukup..? ternyata tidak.. setelah kemerdekaan, bangsa ini bingung menentukan
arah. Akan seperti apa masa depan kita..? saya hanya bisa berperang. Itu saja.
Dan kini berakhir. Harus apa saya..? begitu pikir mereka. Maka Pendidikan
menjadi fokus utama untuk dapat membangun bangsa ini lebih baik. Lalu
dasar-dasar negara, dasar politik dan kebangsaan tumbuh dan berkembang. Hingga
muncul lagi musuh dari dalam bangsa sendiri. Soekarno pernah berkata
“perjuanganku mudah karena melawan bangsa lain. Tapi perjuangan kalian sulit
karena melawan bangsa sendiri”. Benar saja, PKI merajalela dan menyebabkan
kekacauan dalam negeri. Singkat cerita, dengan bantuan satu tokoh baru dalam
militer, maka pemberontakan tersebut hilang di permukaan. Adalah Jenderal
Soeharto yang kemudian diberi mandat untuk melanjutkan perjuangan dan tiba pada
era orde baru.
Masyarakat
mengenai beliau sebagai pahlawan dan mampu membangun bangsa ini lebih baik dan
lebih cepat. Tokoh ini pula yang disebut-sebut Bangsa ini sebagai Bapak
Pembangunan Indonesia. Memang benar, dalam kepemimpinannya yang taktis dan
otoriter, seluruh pekerjaan selesai dengan cepat. Namun masalah kemudian tiba.
Kekuasaan yang terlampau lama, menyebabkan penyimpangan dan perubahan orinetasi
politik menjadi genggaman kekuasaan tanpa batas. Korupsi tumbuh cepat, hutang
menumpuk, inflasi parah dan masyarakat dibungkam. Bangsa ini seperti dijajah
lagi oleh pemimpinnya sendiri.
Akhirnya
jiwa pemuda lah (baca : Mahasiswa) yang mampu meruntuhkan itu semua. Pemuda lah
yang mampu hadir terdepan dan bersama masyarakat berpegangan tangan memperbaiki
ini semua. Dorongan dan aksi massa meluapkan energi yang besar terhadap dunia
dan kestabilan politik di Indonesia. Hingga pada akhirnya tangan besi itu
melepaskan diri dalam genggamannya atas bangsa ini.
14 tahun
sudah sejak hari itu terjadi. Energi-energi besar itu telah hampir hilang
pengaruhnya pada pemerintah. Energi itu terpecah menjadi pecahan-pecahan kecil
yang hanya mampu menusuk kecil pada kaki tirani. Dimana energi besar itu..? ada
pada diri kita untuk kita sadari. Bagaimana kita seharusnya..? seharusnya kita
dapat bergerak dan berbuat banyak dalam masa emas ini. Tidak perlu jauh dalam
tataran nasional dan berkoar banyak. Ketika titik-titik kecil energi kita
berbaur, mari kita satukan agar efeknya lebih besar dapat menyinari kita.
Ketika tidak cukup kuat, mari kita sama-sama dorong energi kita untuk dapat
menghasilkan yang lebih besar. Jangan takut kawan, sekecil apapun tindakan
kita, akan dapat membantu bangsa ini menjadi lebih baik. Sekecil apapun usaha
kita, akan membuat tanah ini lebih nyaman untuk ditinggali. Sehingga hujan yang
deras dan matahari yang menyengat itu akan melahirkan pelangi buat kita semua..
No comments:
ayo, komentari apa yang telah anda baca..! berkomentar berarti telah ikut melestarikan budaya ngeblog. jangan sia-siakan waktu anda dengan berdiam diri.. berkaryalah dan menginspirasi orang lain..!