Gili Trawangan, Pulau Pribumi Rasa Internasional
Sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi, travelling / Field Trip merupakan suatu keharusan. itu sama halnya seperti seorang dokter yang harus
mengenal anatomi tubuh manusia, begitu juga seorang geograf harus mengenal muka
bumi ini. Dari kondisi itulah kami dihadapkan dengan banyaknya praktikum
lapangan hampir 3 kali dalam setiap semesternya. Satu hal yang berkesan adalah
ketika saya melancong ke Pulau Lombok pada 20-29 Mei 2013 lalu.
Selama 4 hari di pulau 1000 masjid ini, saya disuguhi
berbagai keajaiban dan kebudayaan yang menarik untuk diamati. Banyak hal yang
mesti dipelajari dari ragamnya budaya di Pulau Lombok. Misalnya saja akulturasi
3 budaya yang menghuni seisi pulau dengan keberagaman dan kebersamaan. Tidak
ada pertentangan budaya maupun friksi. Semua berbaur dan menyadari hakikatnya
masing-masing sebagai mahkluk tuhan yang diciptakan berbeda. Meskipun ditemukan
perkampungan bugis, perkampungan hindu dan perkampungan suku sasak yang
menandakan lingkungan budaya tertentu, namun tak ada hambatan berarti dalam
hidup bermasyarakat di Lombok. Semuanya
bercampur dan malah menjadi keunikan tersendiri yang penting keberadaannya
untuk menjaga keseimbangan.
Selain itu, bentang alam pulau seluas 4.738,70 km² ini
begitu luar biasa menawan. Menyajikan pengalaman travelling yang lengkap dari
mulai titik tertingginya yaitu Gunung Rinjani, air terjun, wisata budaya suku
sasak, wisata religi sampai ke titik terendah yaitu hamparan pantai-pantai indah
bagai surga dunia. Belum lagi kehidupan bawah lautnya yang mempesona. Semuanya
lengkap untuk memuaskan dahaga petualangan.
Dengan diresmikannya Bandara Internasional Lombok, maka
pulau ini aksesbilitasnya makin terbuka dan terjangkau untuk dikunjungi wisatawan
domestik maupun mancanegara. Keberadaan bandara ini diharapkan akan melepaskan
Lombok dari bayang-bayang Pulau Bali sebagai destinasi paling populer di
Indonesia. Terlebih lagi keberadaan Gili Trawangan sebagai tujuan wisata dapat
semakin terbantu dengan pilihan akses tersebut. Berikut ini beberapa cara untuk
mencapai Gili Trawangan
Cara yang menantang untuk sampai ke Gili Trawangan adalah backpacker. Yaitu dengan
memakai angkutan umum berupa bus, minibus/elf dan travel yang biasa melayani
wisatawan domestik maupun luar negeri. Cara lain adalah melalui travel agent
yang lebih aman, nyaman dan terjamin. Rute sudah ditentukan dan kita tinggal
mengikuti paket wisata yang ada menuju Gili Trawangan. Cara selanjutnya biasa
digunakan oleh wisatawan mancanegara yang menginginkan privasi dan kenyamanan
lebih. Maka mereka biasanya menyewa (carter) speed boat dari Bali atau Senggigi
menuju Gili Trawangan.
Penulis sendiri berangkat kesana (Lombok) menggunakan travel
sejak dari Bandung. Jadi menikmati paket tur yang disediakan travel. Meski
begitu, karena tujuan kami adalah praktek kerja lapangan, maka kami menentukan
sendiri objek pengamatannya di Lombok. Termasuk si pulau surga dan desa dunia,
Gili Trawangan.
Pagi hari sekitar pukul 8 WITA, penulis berangkat dari hotel
yang berada di Kota Mataram menuju Gili Trawangan. Sampai di Gili Trawangan
sekitar pukul 11.00, saya pun langsung menikmati panorama alam yang menawan
disana. Hamparan pasir putih yang dirangkai ombak sejauh mata memandang.
Keadaannya sangat ramai oleh wisatawan hampir di semua sudut. Hal yang paling
mencengangkan adalah, saya sebagai pribumi merasa seperti minoritas disana.
Lebih dari separuh penduduk adalah wisatawan yang melancong dari berbagai
negara. Dari fisiologinya dapat diketahui negara asal wisatawan tersebut tanpa
saya harus menanyakannya. Beberapa ciri khas yang dapat dibedakan adalah
rambut, bentuk mata, bentuk muka, warna kulit, dan postur. Semuanya beragam.
Pantas sekali jika Gili Trawangan dijuluki Desa Dunia. Karena semua orang
kumpul disini.
Saya menikmati sejenak pemandangan pasir pantai putih
disana. Begitu bersih dan menyilaukan mata. Persis sama dengan foto yang banyak
beredar kala saya browsing di internet sebelum sampai disana. Saya beristirahat
sambil menikmati menu makanan yang disediakan. Menu makanan yang disajikan
beragam, kebanyakan karena untuk memenuhi kebutuhan menu para wisatawan asing,
jadi makanan internasional lengkap tersaji dari level kaki lima hingga restoran
besar.
Selepas makan, barulah saya mengelilingi beberapa spot di
pulau ini. Terlihat aktifitas wisatawan mancanegara sangat dominan. Banyak bule
yang bercengkrama di restoran-restoran, sekedar melepas lelah dan menikmati
panorama yang ada. Banyak juga yang menghabiskan waktu dengan berjemur sambil
membaca buku. Tak jarang juga terlihat bule-bule berkeliling pulau dengan
menggunakan sepeda maupun cidomo. Semua yang saya lihat hanya bule berbikini.
Saya seperti menjadi kaum minoritas di negeri sendiri. Seperti berlibur ke luar
negeri yang penuh orang bule. Bayangkan saja, di tahun 2011 terdapat 207.362
orang yang berkunjung di pulau kecil itu. Terdiri dari 184.419 wisatawan
mancanegara dan 22.943 wisatawan domestik. Gili Trawangan luasnya 340 hektar
dengan keliling pulau 7,5 km. Untuk berkeliling pulau tak disediakan ATV, motor
apalagi mobil. Kendaraan berbahan bakar minyak dilarang disini. Itulah mengapa
keadaan disana bersih dan tanpa polusi. Saya sendiri menikmati beberapa spot
disini. Meskipun tidak sempat berkeliling pulau karena butuh waktu sekitar 1
jam. Alhasil saya hanya berjalan-jalan sepanjang kurang lebih 3 km untuk
melihat aktifitas pulau ini.
Selama disana, waktu saya terbatas hanya sekitar 4 jam.
Namun pengalaman berlibur rasa Internasional sudah cukup menghibur dan
memberikan kepuasan tersendiri. Sayangnya saya belum sempat berbicara dengan
salahsatu bule yang banyak mangkal disana. Saya pun berkesempatan untuk mencoba
watersport disana yaitu snorkeling. Ini pengalaman pertama buat saya. Makanya
saya sangat tidak sabar untuk mencoba hal baru ini. Akhirnya saya dan teman pun
mencoba.
Hanya dibutuhkan pelampung dan google plus snorklenya untuk
dapat melakukan penyelaman di laut dangkal ini. Beda halnya dengan diving yang
perlu peralatan banyak dan dibutuhkan keahlian khusus untuk dapat melakukannya.
Maka, snorkeling menjadi pilihan paling logis.
Pengalaman snorkeling pertama saya sangat menyenangkan.
Melihat pemandangan bawah laut yang indah dengan biotanya yang berwarna,
memberikan kepuasan batin tersendiri. Meskipun terumbu karang hanya sedikit
yang terlihat, namun melihat liukan ikan-ikan di laut membuat saya penasaran
dan ingin mengejar mereka.
Banyak pilihan kegiatan yang bisa dilakukan disana. Dari mulai berkeliling pulau, berjemur, snorkeling dan yang paling penting mengabadikannya dalam sebuah foto. Berikut ini hal-hal yang wajib dicoba ketika berkunjung ke Gili Trawangan.
Kesimpulannya, pulau kecil ini memberikan semua kepuasan
untuk bersenang-senang dan melepas penat. Suasananya sangat beda, kamu seperti
berada jauh dari kampun halaman. Aksesbilitas dan akomodasi memadai, pilihan
hiburan tersedia cukup dan pengalaman bergaul bersama orang-orang bule sungguh
tidak tergantikan. Benar-benar sebuah Desa Dunia. Sebuah pulau dengan rasa
Internasional..
ah sial keduluan ngepost tentang ini di blog *padahal udah dari jaman kapan PKLnya mah* hahaha #baladabloggerpemalas xD
ReplyDeletehaha.. itu coba dibawah ada notes. kalo bukan karena itu, aku juga males nulis
ReplyDeleteKak kalo boleh tau pake travel apa ya?
ReplyDeleteSetia Travel di Bandung. daerah Margahayu
Delete